Pemilu merupakan momen penting dalam sistem demokrasi di Indonesia. Setiap kali pemilu diadakan, pemilih pemula memainkan peran penting dalam menentukan arah politik negara ini. Laman Tempo.co (13/5/2023) melaporkan bahwa pada Pemilu 2024 nanti, jumlah pemilih di Indonesia diperkirakan mencapai 187 juta orang. Menurut Komisi Pemilih Umum (KPU), kelompok muda terutama generasi milenial dan Gen Z akan menjadi pemilih terbesar pada Pemilu tersebut.
Bahkan KPU memperkirakan bahwa 60 persen dari seluruh pemilih pada Pemilu 2024 adalah generasi muda. Berdasarkan laman kpu.go.id, tak hanya jumlahnya yang besar, generasi milenial dan Gen Z juga dianggap sangat penting bagi hasil Pemilu karena mereka dikenal aktif di media sosial dan memiliki kepekaan terhadap isu-isu sosial dan politik.
KPU mencatat bahwa generasi milenial dan Gen Z cenderung tidak apolitis, melainkan lebih sadar terhadap isu sosial dan politik yang ada di Indonesia.
Karakteristik Pemilih Pemula
Pemilih pemula, yang terdiri dari mereka yang baru saja memenuhi syarat untuk memilih atau baru pertama kali berpartisipasi dalam pemilu, memiliki karakteristik dan kecenderungan yang perlu dipahami agar kita dapat merancang strategi yang tepat untuk mendapatkan partisipasi aktif mereka.
Pertama, pemilih pemula cenderung memiliki tingkat kepercayaan politik yang lebih rendah dibandingkan dengan pemilih berpengalaman. Mereka seringkali kurang yakin dengan kemampuan politik untuk menghasilkan perubahan positif dalam masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi para calon dan partai politik untuk membangun kepercayaan dengan memberikan solusi konkret atas isu-isu yang relevan dengan pemilih pemula.
Kedua, pemilih pemula cenderung lebih terbuka terhadap informasi dan pengaruh dari media sosial. Mereka menghabiskan banyak waktu di platform media sosial, dan seringkali mendapatkan informasi politik dari sumber-sumber online. Oleh karena itu, penting bagi para kandidat dan partai politik untuk memanfaatkan media sosial secara efektif dalam kampanye mereka, dengan menyampaikan pesan yang mudah dipahami dan memadai untuk menarik perhatian pemilih pemula.
Selanjutnya, pemilih pemula cenderung lebih berorientasi pada isu-isu sosial, lingkungan, dan keadilan. Mereka memiliki kecenderungan untuk mendukung calon yang memperjuangkan isu-isu ini. Oleh karena itu, calon dan partai politik harus mampu menggambarkan diri mereka sebagai pemimpin yang peduli dan proaktif dalam menangani masalah-masalah ini agar dapat menarik perhatian pemilih pemula.
Pemilih pemula juga seringkali cenderung mempertimbangkan faktor personal dan karakter calon. Mereka tertarik pada calon yang mereka anggap dapat mereka identifikasi dan mereka yakini memiliki integritas dan kemampuan kepemimpinan yang baik. Oleh karena itu, para calon dan partai politik harus berfokus pada membangun citra positif dan memperkenalkan diri mereka dengan cara yang dapat menginspirasi dan menghubungkan dengan pemilih pemula.
Selain itu, pemilih pemula juga memiliki kecenderungan untuk mencari pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan mereka secara langsung dan terbuka. Mereka ingin merasa didengar dan ingin terlibat dalam proses pengambilan keputusan politik. Oleh karena itu, para calon dan partai politik harus menyediakan ruang bagi pemilih pemula untuk berpartisipasi aktif dalam kampanye mereka melalui diskusi publik, forum online, dan kegiatan partisipatif lainnya.
Pemilih pemula juga lebih mungkin untuk memilih berdasarkan tren dan popularitas. Mereka cenderung terpengaruh oleh pendapat teman sebaya, selebriti, dan figur publik yang mereka kagumi. Oleh karena itu, para calon dan partai politik harus dapat membangun dukungan yang luas dari berbagai pihak agar dapat menarik perhatian dan dukungan pemilih pemula.
Pemilih pemula juga cenderung mengutamakan isu-isu generasi mereka, seperti pendidikan, kesempatan kerja, dan perumahan yang terjangkau. Mereka ingin melihat solusi konkret untuk masalah-masalah ini dari para calon dan partai politik. Oleh karena itu, penting bagi para calon dan partai politik untuk memiliki agenda yang jelas dan terfokus pada isu-isu yang penting bagi pemilih pemula.
Terakhir, pemilih pemula seringkali memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap perubahan politik. Mereka cenderung lebih mudah terpengaruh oleh pesan-pesan perubahan dan inovasi dari para calon dan partai politik. Oleh karena itu, calon dan partai politik harus mampu menyampaikan pesan-pesan yang menarik tentang perubahan positif yang mereka tawarkan agar dapat menggerakkan pemilih pemula untuk berpartisipasi dan memberikan dukungan mereka.
Dalam menghadapi pemilu di Indonesia, memahami karakteristik pemilih pemula sangat penting. Para calon dan partai politik harus memahami nilai-nilai, kecenderungan, dan kebutuhan pemilih pemula untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan mereka secara efektif. Dengan memahami karakteristik ini, kita dapat merancang strategi kampanye yang lebih efektif untuk mendapatkan partisipasi aktif dan dukungan pemilih pemula, yang pada gilirannya akan memperkuat sistem demokrasi di Indonesia (***)
Posting Komentar