SUARA-suara dalam dunia politik terus bergema, dengan Pilpres 2024 menjadi sorotan utama. Salah satu tokoh yang kerap disorot adalah Presiden Joko Widodo, atau yang akrab disapa Jokowi. Namun, hasil survei terbaru dari Lembaga Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) menunjukkan bahwa peran Jokowi dalam menentukan pilihan Capres-Cawapres pada Pilpres mendatang mungkin tidak terlalu berpengaruh pada pikiran publik. Apakah ini merupakan pertanda bahwa kartu Jokowi telah mati dalam konteks politik?
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Indostrategic pada 9-20 Juni lalu, mayoritas responden tampaknya enggan memilih Capres yang direkomendasikan oleh Jokowi. Dalam survei tersebut, sebanyak 56,6 persen responden menyatakan bahwa mereka tidak akan ikut pilihan Jokowi pada Pilpres 2024. Sementara itu, hanya 19,3 persen responden yang mengatakan mereka akan mendukung pilihan Jokowi, dan 21 persen masih merasa bimbang.
Direktur Eksekutif Indostrategic, Ahmad Khoirul Umam, mengungkapkan bahwa arah dukungan Jokowi dalam Pilpres masih belum jelas hingga saat ini. Umam menjelaskan bahwa Jokowi terkadang terlihat mendukung sesuai dengan arahan partainya, namun di sisi lain, ia juga terlihat dekat dengan tokoh lain seperti Prabowo. Hal ini menunjukkan ketidakpastian mengenai kebijakan politik Jokowi dan tampaknya memberikan sinyal bahwa kartu politiknya mungkin telah mati atau tidak lagi memainkan peran yang signifikan.
Tidak hanya survei dari Indostrategic, Survei Litbang Kompas yang dirilis pada bulan Mei juga menunjukkan angka yang serupa. Hanya 16 persen responden yang menyatakan akan mengikuti pilihan Capres yang disarankan oleh Jokowi, sedangkan 31 persen menjawab bahwa mereka tidak akan ikut pilihan Jokowi. Sisanya, sebanyak 53 persen responden menyatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan pilihan Jokowi.
Dalam konteks ilmu politik, fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang kekuatan dan pengaruh seorang pemimpin dalam mempengaruhi pilihan publik. Meskipun Jokowi adalah seorang presiden yang berpengalaman dan memiliki basis dukungan yang kuat, hasil survei tersebut menunjukkan bahwa popularitasnya tidak secara otomatis berdampak pada dukungan publik terhadap Capres-Cawapres yang ia rekomendasikan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor lain, seperti kebijakan yang diterapkan oleh kandidat Capres, visi politik mereka, dan pertimbangan lainnya, mungkin lebih berperan dalam membentuk preferensi pemilih.
Kritik terhadap Jokowi dalam konteks Pilpres mendatang juga menggambarkan dinamika politik yang terus berubah. Dalam dunia politik, kesetiaan pemilih dapat berubah-ubah seiring dengan perubahan kondisi politik, sosial, dan ekonomi. Para pemilih cenderung menginginkan pemimpin yang mampu menanggapi tantangan yang dihadapi oleh negara dan mewujudkan perubahan yang diinginkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, penurunan dukungan terhadap Capres yang direkomendasikan oleh Jokowi bisa jadi merupakan hasil dari penilaian pemilih terhadap kinerja dan kebijakan-kebijakan Jokowi sebagai presiden saat ini.
Secara keseluruhan, hasil survei dari Indostrategic dan Survei Litbang Kompas menunjukkan bahwa peran Jokowi dalam menentukan pilihan Capres-Cawapres pada Pilpres 2024 mungkin tidak sebesar yang diharapkan. Meskipun Jokowi tetap menjadi tokoh penting dalam dunia politik Indonesia, popularitasnya tidak secara otomatis mengalihkan dukungan publik kepada Capres yang ia rekomendasikan. Dalam konteks ilmu politik, fenomena ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang lebih mempengaruhi preferensi pemilih, seperti kebijakan, visi politik, dan dinamika politik yang terus berubah. Apakah ini berarti kartu politik Jokowi telah mati sepenuhnya? Tentu saja tidak, karena dalam politik segalanya masih mungkin terjadi dan situasi dapat berubah dengan cepat. Namun, hasil survei ini mengindikasikan perlunya menggali lebih dalam faktor-faktor yang membentuk preferensi pemilih dan mengenali pentingnya dinamika politik yang terus berubah dalam menghadapi Pilpres mendatang (***)
Posting Komentar